Berita

Nasional Denny JA Raih Penghargaan Sastra Tingkat ASEAN dari Malaysia

Sabtu, 14 March 2020

Denny JA(republika)
Foto: republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  – Badan Bahasa dan Sastra Sabah, Malaysia, memberikan penghargaan “Sastra Kemanusiaan dan Diplomasi ASEAN” kepada Denny JA karena dinilai berjasa membuat terobosan, melahirkan, dan memopulerkan puisi esai hingga ke tingkat negara ASEAN.

Presiden Badan Bahasa dan Sastra Sabah, Malaysia, Datuk Jasni Matlani, melalui surat resmi yang ditujukan kepada Denny JA bulan Febuari 2020 menyampaikan penghargaan tersebut kepada Denny.

Menanggapi penghargaan yang diterimanya, Denny berharap penghargaan tersebut menjadi tanda bahwa di dunia sastra selalu terjadi inovasi.

“Semoga penghargaan ini ikut menjadi penanda bahwa tak hanya di dunia politik, bisnis dan jurnalisme, di dunia sastra pun selalu terjadi inovasi,” ujar Denny melalui pernyataan tertulis, Sabtu (14/3).

Melalui inovasi itu, lanjut dia, puisi melampaui fungsi tradisionalnya. Bahkan, kisah hubungan dua negara di ASEAN atau dinamika batin masyarakat di negara ASEAN bisa dikisahkan melalui puisi esai yang menjadi cara baru bertutur untuk meriwayatkan kisah.

Saat ini, sudah terbit beberapa buku dalam bentuk puisi esai yang ditulis oleh penyair Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand.

“Membaca puisi esai yang mereka tulis, kita membaca batin dan kultur hubungan manusia di antara negara ASEAN,” katanya.

Ia menjelaskan telah terbit pula pada tahun 2019 buku hasil lomba puisi esai tingkat ASEAN berjudul “Yang Sunyi dan Terasing”, dan penulisan puisi esai bahkan sudah dilombakan di negara ASEAN di tahun yang sama.

Denny merasa senang puisi esai yang dibidaninya bisa ikut menjembatani kerja sama budaya antarpenulis negara ASEAN dan ke depan rencananya akan mengumpulkan 10 penyair.

“Saya akan kumpulkan 10 penyair Palestina dan Israel. Mereka diharapkan mengekspresikan kisah dan mimpi hubungan dua negara itu melalui puisi esai,” urainya

Kini, Denny sedang menuntaskan 34 skenario film dari 34 provinsi tentang drama manusia dalam kearifan lokal masing-masing provinsi. “Ini mungkin yang pertama kali terjadi, serial skenario film ini semua berdasarkan puisi. Yaitu puisi esai,” kata Denny.

sumber : Antara

https://republika.co.id/berita/q76cni335/denny-ja-raih-penghargaan-sastra-tingkat-asean-dari-malaysia

Nasional Denny JA Raih Penghargaan Sastra Tingkat ASEAN dari Malaysia Read More »

Denny JA Angkat Aksi Kamisan Menjadi Film Puisi Kritik

Sabtu, 7 Maret 2020 | 22:48 WIB

Oleh : Yuliantino Situmorang / YS

Ilustrasi film puisi kritik sosial berjudul
Ilustrasi film puisi kritik sosial berjudul “Kutunggu di Setiap Kamisan”. (Foto: istimewa)

Jakarta, Beritasatu.com – Penulis puisi esai Denny JA mengangkat aksi unjuk rasa Kamisan yang digelar setiap hari Kamis di seberang Istana Merdeka, menjadi sebuah film.

“Cara baru kritik sosial untuk era digital saat ini adalah dengan memfilmkan puisi kritik, dan disebar di media sosial,” ujar Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/3/2020).

Ia meluncurkan inovasi terbarunya, sebuah film dari kritik sosial berjudul Kutunggu di Setiap Kamisan. Film itu tentang kisah cinta yang terselip di aksi 400 Kamis di seberang Istana.

Denny mengangkat demo kamisan yang sudah berlangsung 10 tahun lebih. Setiap Kamis, mereka berkumpul dengan payung hitam mencari keluarga yang hilang. Diduga keluarga yang hilang itu karena kasus politik.

“Lama dan bertahannya aksi demo setiap Kamis itu fenomenal,” ujar Denny.

Menurut dia, menunggu orang tercinta yang hilang, suami atau anak, atau anggota keluarga, sungguh menyentuh. Dipilihnya lokasi di seberang istana dengan payung hitam itu juga strategis.

Itu sebabnya, Denny ingin ikut mengeskpresikan aksi kamisan itu. Awalnya, di tahun 2015 Denny membuat puisi esai yang panjang soal aksi tersebut. Puisinya dipenuhi catatan kaki soal data aksi dan setting politiknya.

Namun, lanjut Denny, ia membaca hasil riset Survei of Public Participation in the Arts (2015), untuk populasi Amerika Serikat. Kesimpulannya, puisi semakin jarang dibaca. Dalam dunia seni, puisi dan opera, adalah dua hal yang paling kurang diminati. Sebaliknya, film menjadi ekspresi seni yang paling populer.

Sejak lama, sambung Denny, ia berniat memfilmkan, memvisualkan aneka puisi esainya. Bersama Hanung Bramantyo di tahun 2014, Denny memfilmkan lima puisi esainya menjadi lima film kritik sosial tema diskriminasi.

Tahun ini, Denny menggabungkan artis, aktor, dan animasi untuk filmnya yang keenam, yang bercerita tentang demo kamisan.

Film ini memang kisah cinta. Namun, dalam kisah cinta itu, tergambar pula aneka kisah politik yang menghilang paksakan warga negara. Tak hanya di tahun 1998, kisah orang hilang sudah terjadi jauh ke belakang sejak 1965.

Denny kini juga tengah mempersiapkan 34 skenario film yang semuanya berdasarkan dari puisi esai. Sebanyak 34 puisi esai yang akan difilmkan itu menggambarkan kearifan lokal 34 provinsi Indonesia.

Menurut Denny, puisi esai memang paling mudah difilmkan ketimbang puisi lain. Itu karena puisi esai memiliki plot, panjang, dan berbabak. Apalagi, di puisi esai terdapat catatan kaki yang memudahkan penulis skenario mengeksplorasi sumber kisah.

“Film berdasarkan puisi esai, dengan tema kritik sosial, akan menjadi karakter film saya di kemudian hari,” ujar Denny.

https://www.beritasatu.com/hiburan/606443/denny-ja-angkat-aksi-kamisan-menjadi-film-puisi-kritik

Denny JA Angkat Aksi Kamisan Menjadi Film Puisi Kritik Read More »

Peringatan Bulan Bahasa

AGBSI Gelar Lomba Kritik Sastra Berhadiah Rp 112,5 Juta

Sabtu, 31 Agustus 2019 | 18:15 WIB
Oleh : Yuliantino Situmorang / YS

Salah satu buku puisi esai yang menjadi acuan untuk menjadi topik lomba kritik sastra puisi esai yang digelar Asosiasi Guru Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia (AGBSI).
Salah satu buku puisi esai yang menjadi acuan untuk menjadi topik lomba kritik sastra puisi esai yang digelar Asosiasi Guru Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia (AGBSI). (Foto: istimewa)

akarta, Beritasatu.com – Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) membuat program untuk menyemarakkan Bulan Bahasa yakni dengan menggelar lomba kritik sastra dengan total hadiah Rp 112,5 juta. Karya sastra yang dipilih kali ini adalah empat buku puisi esai karya Denny JA.

Jajang Priatna dari AGBSI menyebutkan, Oktober yang menampung momen Hari Sumpah Pemuda, dengan Ikrar “Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia,” sejak 1960-an sudah diperingati menjadi Bulan Bahasa.

“Bahasa pun perlu dimartabatkan. Literasi perlu ditumbuhkan. Minat membaca sastra perlu disuburkan,” ujar Priatna dalam keterangan tertulis yang diterima Beritasatu, Sabtu (31/8/2019).

Dikatakan, selain melalui media sosial, pengumuman lomba kritik sastra karya Denny JA juga diumumkan di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dalam waktu dekat ini.

Sementara itu, Dian Ratri yang juga dari AGBSI menjelaskan, lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang-ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA. Sebagian sastrawan mengklaim puisi esai adalah genre puisi baru yang dikreasi Denny JA. Sebagian lagi menolaknya.

Namun, buku puisi esai terus diterbitkan. Hingga hari ini, sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai. Selain itu, sudah lebih 200 penulis dari Aceh hingga Papua yang menulis puisi esai. Bahkan, penyair Asia Tenggara, yakni dari Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura juga telah menerbitkan puisi esai.

Berdasarkan catatan, pernah pula dibuat seminar sehari mengenai puisi esai di Malaysia dengan pembicara sastrawan dari beberapa negara. Kini, bahkan 35 puisi esai dari Aceh hingga Papua sedang diubah menjadi skenario untuk film seri. Pertama kali dalam sejarah akan lahir serial film yang semuanya berasal dari puisi esai.

Dijelaskan, ada dua lomba yang digelar yaitu Lomba Menulis Kritik Sastra untuk Umum dan Lomba Siswa Bicara Sastra Se-Indonesia. Lomba Menulis Sastra ini terbuka untuk umum dengan sasaran utama para guru dari berbagai tingkatan maupun berbagai mata pelajaran.

Bentuk tulisan bisa berupa artikel maupun esai, bisa juga kritik ilmiah. Di sini para guru maupun masyarakat umum diajak mengapresiasi karya sastra sekaligus berpikir kritis dalam bentuk tertulis.

Sementara Lomba Siswa Bicara Sastra diperuntukkan bagi siswa dari berbagai tingkatan baik sekolah umum maupun madrasah dan sekolah kejuruan. Lomba untuk siswa bukan berupa tanggapan tertulis, melainkan tanggapan lisan dalam bentuk video pendek berdurasi 3-5 menit (vlog).

Dengan bentuk vlog tersebut, para siswa yang termasuk generasi milenial dapat mengaktifkan apresiasi sastra dan tanggapan kritisnya lewat media yang akrab dengan generasi mereka.

Video pendek itu dapat dibuat dengan smartphone masing-masing, meskipun penggunaan kamera yang lebih canggih dibolehkan.

Disebutkan, sembari bersenang-senang mengapresiasi dan menanggapi karya sastra, tersedia hadiah menarik. Hadiah untuk Lomba Menulis Kritik yaitu, juara 1 Rp 15 juta, juara 2 Rp 12 juta, dan juara 3 Rp 10 juta, sedangkan 10 nominasi akan memperoleh masing-masing Rp 2 juta.

Lalu, untuk Lomba Siswa Bicara Sastra lewat Vlog, juara pertama Rp 10 juta, juara 2 Rp 7,5 juta, juara 3 Rp 5 juta, dan 22 nominasi sebesar Rp 1,5 juta.

Karya sastra yang diulas adalah karya sastra yang belakangan ini tengah trending dan kontroversial yakni puisi esai. Empat Buku karya Denny JA, penggagas puisi esai, terbuka untuk dipilih salah satu dan diulas yakni: Atas Nama Cinta, Jiwa yang Berzikir, Roti untuk Hati, dan Kutunggu di Setiap Kamisan.

Empat karya Denny JA yang dilombakan untuk kritik sastra dapat diakses melalui alamat web: https://www.agbsi.or.id/2019/08/info-lomba-terbaru-agbsi.html

Tiap karya resensi lomba bisa dikirimkan ke email panitia di agbsi.info@gmail.com atau posting di Facebook Page Kritik Sastra Buku Karya Denny JA.

Sumber: PR/Suara Pembaruan

https://www.beritasatu.com/nasional/572625/agbsi-gelar-lomba-kritik-sastra-berhadiah-rp-1125-juta

Peringatan Bulan Bahasa Read More »

Penyair Indonesia Menangi Sayembara Menulis Puisi Esai Asean 2019

05/04/2019 19:00 PM

”Aku, Mary Jane dan Maut”, judul puisi esai karya penyair Dhenok Kristianti, menjadi primadona dalam Sayembara Menulis Puisi Esai Asean. Deklamasi puisi yang dibawakan dengan penuh penghayatan oleh penulisnya, mampu menyihir dan mengingatkan hadirin dengan merasakan getirnya perasaaan Mary Jane Fiesta Veloso, terpidana mati kasus narkoba asal Filipina saat penundaan eksekusi. Dhenok, berhasil menghadirkan sisi kemanusiaan dalam perhelatan syair puisi esai se-Asean tersebut. Wakil Indonesia ini menjadi pemenang pertama disusul pemenang II, Hajah Rubiah Nordin, penyair Malaysia dan Hendry TM, asal Semarang, Indonesia di tempat ketiga.

Malam penganugerahan pemenang sayembara tersebut diselenggarakan bersamaan dengan Peluncuran Festival Penulis Sabah. Bersama dengan Menteri Pelajaran dan Inovasi Negeri Sabah, YB. Datuk DR. Yusof  Yacub, Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu meresmikan peluncuran Festival Penulis Sabah ke-8 di Kota Kinabalu, Jum’at 5 April 2019.

Festival Penulis Sabah ini diselenggarakan oleh Badan Bahasa dan Sastera Sabah (Bahasa) dan didukung oleh Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena), Yayasan Dakwah Islamiyah Malaysia (Yadim) zon Sabah dan Komunitas Puisi Esai Indonesia. Acara dihadiri oleh sejumlah penulis dan penyair dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam serta pengamat seni dan budaya.

Dalam sambutannya, Datuk Yusof Yacub, menyampaikan apresiasi dan menyambut baik peluncuran festival yang dapat menjadi penghubung dunia sastra antara bangsa serumpun, Asean. Lebih lanjut Datuk Yusof juga menyampaikan harapan agar para penulis, para penggiat budaya dan sastera Nusantara untuk lebih kreatif dan mampu melahirkan lebih banyak karya sejenis di masa yang akan datang dengan tetap membawa nuansa Melayu.

Sementara Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu, Krishna Djelani, dalam sambutannya menyampaikan bahwa festival ini merupakan upaya yang sangat baik dan penting bagi perkembangan dan pelestarian budaya, seni dan sastra, sekaligus diharapkan dapat lebih mempererat kerja sama di berbagai bidang diantara bangsa-bangsa serumpun.

Datuk Jasni Matlani, Presiden Badan bahasa dan Satera Sabah yang juga dalam malam peluncuran festival ini dinobatkan sebagai Sastrawan Negeri Sabah dalam sambutan nya menyatakan bahwa festival tersebut adalah buah dari kerja keras pemerintah Negeri Sabah untuk memajukan bahasa, seni dan budaya serta karya tulis dan sastra ”di negeri di bawah bayu”, Sabah.

Sebelumnya, Sayembara Menulis Puisi Esai tingkat Asean ini telah diresmikan pada Peluncuran buku karya kolaboratif Penyair dari Indonesia dan Malaysia yang  diberi judul ”Kemilau Satu Langit” pada 13 November 2018, dengan menawarkan hadiah jutaan rupiah atau ribuan ringgit di berbagai nominasi. Pemenang tidak hanya didominasi oleh sastrawan dari Indonesia dan Malaysia melainkan juga dari Thailand dan Brunei Darussalam, seperti Abdullah Wanahmad, Penyair asal Thailand yang sempat mengenyam pendidikan di UGM Yogyakarta memenangi anugerah puisi esai dengan judul ”di Pantai ini”.

Peluncuran ditandai dengan pemotongan pita dan pemukulan gong oleh Datuk Yusof Yacub didampingi oleh Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu, Krishna Djelani dan tamu kehormatan lainnya di pentas. Usai pembagian hadiah bagi para pemenang, Konjen RI juga berkesempatan memberikan cenderamata kain khas Indonesia kepada tamu kehormatan bersama Pengurus Komunitas Puisi Esai Indonesia, Fatin Hamama R. Syam, penyair jebolan Universitas Al Azhar Cairo, Mesir yang juga menjadi kontributor acara ini.

https://kemlu.go.id/kotakinabalu/id/news/296/penyair-indonesia-menangi-sayembara-menulis-puisi-esai-asean-2019

Penyair Indonesia Menangi Sayembara Menulis Puisi Esai Asean 2019 Read More »

Citizen Reporter: Sri Rahmi Launching Buku Puisi Esai di Pengujung Tahun 2018

Selasa, 1 Januari 2019 11:03
Penulis: CitizenReporter | Editor: Waode Nurmin

Citizen Reporter: Sri Rahmi Launching Buku Puisi Esai di Pengujung Tahun 2018
Sri Rahmi, politisi dan anggota DPRD Sulsel, melaunching buku Puisi Esai “Mawar Merah di Tapak Tauhid”, di Makassar, Senin, 31 Desember 2018. 

Rusdin Tompo, Penulis dan Editor Buku
Melaporkan dari Kecamatan Rappocini, Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR-  Sri Rahmi, politisi dan anggota DPRD Sulsel, melaunching buku Puisi Esai “Mawar Merah di Tapak Tauhid”, di Makassar, Senin, 31 Desember 2018.
“Buku ini memang diniatkan diluncurkan tahun ini, karena tekad saya setiap tahun ada satu buku yang saya tulis sendiri,” katanya mengawali acara bincang buku yang dipandu oleh Anwar Faruq, Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Makassar.

Buku puisi esai ini, menurut perempuan yang akrab disapa Bunda Sri Rahmi itu, merekem perjalanan spiritualnya ke negara Mesir, Yordania dan Palestina. Sri Rahmi yang juga Wakil Ketua DPRD Sulsel itu mengatakan, tak mau hanya melewatkan perjalanannya hanya sebatas kenangan akan keindahan tapi mau membagi kisahnya itu sebagai inspirasi bagi setiap orang untuk mau menulis. Apalagi dalam bentuk puisi esai yang masih kontroversi.

“Saya tertantang menulis dalam bentuk puisi esai justru karena kontroversinya. Dan ternyata ada sesuatu yang berbeda. Karena selain kontempelatif juga informatif lantaran ada catatan kakinya,” jelasnya.
Buku “Mawar Merah di Tapak Tauhid” merupakan buku puisi tunggal keduanya setelah tahun 2017 lalu menerbitkan buku “Perempuan yang Keluar dari Mihrab”. Buku “Mawar Merah di Tapak Tauhid” merupakan buku antologi puisi tunggal pertama di Sulsel yang bergenre puisi esai. Sebelumnya, ada buku antologi bersama puisi esai yang ditulis oleh Prof Ahmad Sewang, Fahmi Syarif, Idwar Anwar, Anis Kaba dan Rusdin Tompo.

Rusdin Tompo sebagai penyelaras atau editor buku memberi alasan mengapa diberi judul buku seperti itu. Katanya, karena penulisnya sering mengindentikkan dirinya dengan mawar merah. Kebetulan juga kota Petra yang dikunjungi dijuluki The City of Red Rose. Sementara tauhid itu adalah esensi dari perjalanan atau trip yang dilakukan.
“Karena itu mengapa di sampul buku ditulis prophetic traveler sebagai penanda bahwa ini perjalanan spiritualitas berkaitan dengan penguatan akidah,” kata Rusdin, penulis dan penyair, yang akrab dengan dunia advokasi anak. Menurut Rusdin, istilah prophetic traveler merupakan istilah baru yang dia perkenalkan dalam pengantar buku ini.

Sementara Abu Umar, pengusaha travel yang hadir sebagai pembicara mengapresiasi buku ini karena baru pertama kali ada buku perjalanan ke kota-kota yang lekat dengan sejarah Islam yang dibukukan. Apalagi dalam bentuk puisi esai.
Menurut Abu Umar, buku Sri Rahmi memuat beberapa tema besar, yakni narasi tentang tauhid, tema jihad dan pembebasan, yang dalam Islam ditempatkan dalam ruang yang khusus, sebagai panggilan sangat suci tapi sekarang jadi momok terkait terorisme. Juga tema tentang pemimpin yang punya kemampuan berbicara pada alam, apalagi ketika negara diterpa banyak musibah gempa bumi dan tsunami. Selain itu, tema penaklukan tanpa pertumphan darah, dan tema tentang ciri Islam yang selalu mengedepankan membangun peradaban.

“Buku Sri Rahmi menginspirasi kita untuk kembali membaca sejarah kemajuan Islam,” kata Abu Umar yang datang jauh-jauh dari Lampung untuk berbagi pandangannya.Muhammad Amir Jaya, yang juga tampil sebagai pembicara menyebut Bunda Rahmi melakukan perjalanan syariat, perjalanan ilahiah dan batin, yang kemudian melahirkan buku Mawar Merah di Tapak Tauhid.
“Boleh dikata Bunda Rahmi merupakan penyair muslim perempuan di Sulsel,” kata Amir Jaya yang kerap menulis puisi-puisi bernapaskan Islam.

Bahar Merdu, penyair dan pemain teater menyebut proyeksi di tahun 2019 nanti diharapkan muncul puisi-puisi dengan beragam tema. Katanya, ke depan puisi- puisi juga mesti menyasar aspek ideologis tak hanya bicara tentang kebutuhan-kebutuhan biologis.
Yang menarik dalam acara ini hadir beberapa anak dampingan Rusdin Tompo di SD Negeri Borong. Mereka membaca puisi dan bernyanyi. Lala dan Karina membaca puisi “Darah Suci di Tanah Suci” karya Sri Rahmi. Sedangkan Adel membawakan lagu Maulana, dari penyanyi Sabyan. Hadir dalam acara ini antara lain Yudhistira Sukatanya, Bahar Merdu, Goenawan Monoharto, Luna Vidya, DianSi, Dr Sakka Pati, Fadiah Machmud, Ida Rustam, dan Maysir Yulanwar.(*)


https://makassar.tribunnews.com/2019/01/01/citizen-reporter-sri-rahmi-launching-buku-puisi-esai-di-pengujung-tahun-2018?page=1











Citizen Reporter: Sri Rahmi Launching Buku Puisi Esai di Pengujung Tahun 2018 Read More »